Tuesday 27 May 2008

kau dan aku selalu / baks duls selamanya*


dulu semua tergantung pada

jari-jari yang tenang melin-

ting papier yang katamu

lucu seperti kulit kentang dan



angin yang bersahabat

pada tembakau yang ruwet

seperti pubic hair pacarmu

yang bulan depan datang dari



brighton, kota pelesiran, 3
hours on the tube. itu kalau

ingatanku tak salah, katamu

sambil mengecap bibir yang



tak sabar. tentang brighton,

jauhnya dari london, atau

jadwal kedatangannya? tan-

ya udara di puncak gedung



femina. di sini, saat ini, jang-

an tanya apa-apa lagi. aku tahu,

kita hanya berdiri di pinggir

kuningan, tapi rasanya seperti



on top of the world! aku ulur-

kan tanganku, kubelai se-

mangka yang mulai berair di

matamu,** karena aku setuju


yang kurang sekarang hanya pa-

rasol yang tak akan menyembunyi-

kan melankoli buah-buahan di kafe-

teria tempat kita nanti makan siang.







*pernah pula di-post di rubrik Event blog ini dan dibacakan di acara Poetry Attack Prambors Rasisoniananana
**semangka berair ini dicuri dari Afrizal Malna, 'Menanam Karen di
Tengah Hujan', dalam Seperti Sebuah Novel Yang Malas Mengisahkan
 Manusia, IndonesiaTera, 2003, hlm. 46.



3 comments:

  1. dahulu kala, saya pernah membeli satu buku kumpulan puisinya....arsitektur hujan.
    saya berusaha keras memahami puisinya, tapi end up gila...
    haiz...
    dangkal sekali saya...

    ReplyDelete
  2. itu pubic hair
    landing strip yang tidak lagi kudarati
    terus terbang, tanpa asam atau kimia
    ribuan senyawa terikat

    lady with the pumps mencuri perhatian
    tapi tidak cukup untuk membuatku bergerak
    terlalu banyak effort
    terkam saja aku, kalau memang mau

    aku tidak akan melawan
    cepat!
    sebelum terdengar adzan

    inhaler ku kau pinjam
    sudah sayang, sudah terlalu terang
    mari pulang

    ReplyDelete