Tuesday 29 July 2008

Contre Tarkovsky


aku (Saut Situmorang) duduk duduk di bar murahan di Kuta sore sore circa

2ribuberapa2 ?

ketika Mlle Seconde Chance menyenggol bahuku waktu ia buru buru

ke toilet setelah menyeruput lima porsi cairan biru bercahaya

dan memamah tiap manisan ceri hijau yang bertengger di bibir gelasnya

yang berbentuk seperti gitar Spanyol, atau, aku lebih memilih memikirkannya seperti ini, seperti siluet tubuhnya yang seksi

aku jadi ingat sebaris puisiNya (René Char) : 'when the shoulder butts the heart'

ya, when the shoulder butts the heart,

what happens to the rest of us ?

aku tiba tiba merasakan keinginan amat sangat untuk mengangkat penaku lagi

dan menghunjamkannya ke halaman blocnoot kwaliteit buruk yang masih kosong

membolonginya sampai ke permukaan meja kayu yang terlanjur bocel bocel

dengan tatahan tatahan iseng penyair penyair lain yang bosan menunggu puisi datang di pucuk siang sepertiku sekarang :

                                      'Cicih hearts Iman'

'i left my heart in an empty post office box, somewhere in the vicinity of Victoria University of Wellington, PO BOX 600, Wellington 6140, NZ'

                                                                                           'kau bukan anugerah terindah yang pernah kumiliki, no way''

aku sibakkan rambut gimbal yang menutupi dahiku

ujungnya tersangkut di rak kartu pos di pojok yang berdiri kesepian seperti pohon natal di bulan februari

kugeserkan ujung pena yang mengkilat seperti pedang di kertas putih bersih

kuderetkan huruf huruf kursif dari kiri ke kanan

kuderetkan huruf huruf kursif dari kiri ke kanan

kuderetkan huruf huruf kursif dari kiri ke kanan sementara rasanya hidupku seperti melesat

di layar sebuah bioskop yang sudah lama ditutup

mengingkari grammar sinematografi

ngebut dari kanan ke kiri.



Friday 18 July 2008

BungaMatahari: KebunKata (Rumah) Masa Depan

Start:     Jul 27, '08 12:00p
End:     Jul 27, '08 4:00p
Location:     San Diego Hills Memorial Park & Funeral Homes
Chairil bilang ia ingin hidup seribu tahun lagi. Saya tak mau, tak tahan membayangkan sepi dan keringnya hari-hari yang harus dilalui.

Karena itu, sebelum teknologi jadi kelewat canggih dan usia kita benar-benar bisa diperpanjang, sebelum kita beku dan kaku dalam beribu tahun yang membuat kata-kata jadi abu, sebelum kita terpaksa mengaku cinta kepada seorang real doll, mari rayakan hari ini dan hidup yang terberkati.

Tinggalkan sejenak rumah yang nyaman, aman dan peluk kekasih yang hangat berkeringat. Rumah Masa Depan kita sudah melambai-lambai manis dengan jendelanya yang bertirai susu dan madu! Six feet under, baby!

Siapkan puisi, celotehan, sampah keluarga, curhat tentang kekasih yang ternyata cinta sesama, caci-maki kepada atasan di kantor, doa mohon naik gaji, segala unek-unek di hati, dan onani yang kentang. Tumpahkan semua di KebunKata (Rumah) Masa Depan, yang akan diadakan pada hari Minggu, 27 Juli, 2008, jam 12 siang, di San Diego Hills Memorial Park and Funeral Homes.

Jangan lupa bawa pakaian renang. Di sana kita bisa eksperimen berpuisi a la Deni Manusia Ikan. Yang merasa tubuhnya kurang seksi (saya tentu angkat tangan tinggi-tinggi), masih ada waktu seminggu untuk diet dan lari pagi keliling Nusantara.

Untuk teman-teman yang ingin ikut tapi tak punya kendaraan sendiri, BungaMatahari menyiapkan 1 (satu) bis berkapasitas 30 (tiga puluh) orang, yang siap menanti di tempat parkir RumahBermimpi, Jalan KH. Mas Mansyur 25 A, Blok 1 Lantai 3 No.4, Jakarta Pusat. Berangkat jam 10 pagi, segera daftarkan nama ke Mikael Johani (kirim email saja ke beliau di mikaeljohani@yahoo.com), atau japri ke email saya di screamingney@gmail.com.

Untuk pembukaan, ini puisi dari saya buat masa depan yang cerah dan seksi!


Aku tak mau hidup seribu tahun lagi!

Aku tak mau hidup seribu tahun lagi
sendiri tanpa teman bercaci-maki
bersyair tentang masa yang sudah lewat
(dan sahabat yang jauh-jauh hari telah wafat)

Aku tak mau hidup seribu tahun lagi
mengenang yang sudah layu, tak henti
meratap, "Waktu aku masih muda dulu..."
di tengah tatapan kosong anak-cucu

Aku tak mau hidup seribu tahun lagi
malam-malam sepi membaca puisi
kekasih yang lama pergi, dan terbangun
di pagi yang dingin, menyapu kata-kata
yang terbang diculik angin

Aku tak mau hidup seribu tahun lagi!
lebih baik hidup seribu detik
di panas pelukan si seksi!





--
Waraney Herald Rawung : http://blackuniverse.multiply.com/calendar/item/10014/BungaMatahari_KebunKata_Rumah_Masa_Depan

Wednesday 16 July 2008

An(n)a Kar(en)ina*


kau orang sunda, bahasamu seperti burung bernyanyi di pucuk angsana
pohon penyembuh segala, masih tersisa satu di pojok kota tua
ingatkah dulu waktu kita sering nongkrong di pinggir molenvliet
mengenang rimbaud dan sepatu yang lepas kulitnya, liburan di pusuk buhit
di sini kita hanya punya gunung salak, senja di beranda dengan budak setia
saudara saudaraku suka meloncat dari prau, menyulut menyan di klenteng naga
bersyukur pada maktjouw poo, semoga daganganku laku
laut cina selatan penuh marabahaya, perjalanan pulang penuh leliku
lebih baik menetap di sini saja, bapakku kapiten cina bercambang
tarik pajak dari rumah judi tenabang, opium den di luar batang
kuharap walau kau membaptisku dengan nama eropah
kau tetap tatahlah itu tembok dengan satu n saja, di sebelahnya hati tertembus panah



* pour Edo Wallad