Monday, 24 March 2008
grave design
terakhir kali aku mengunjungimu o nenekku yang sudah kulupakan bau gendong batikmu
aku masih punya ide-ide idealis tentang bagaimana kuburan seharusnya
tentang nisan bertatahkan kata-kata mutiara yang dijiplak dari oscar wilde
atau paling tidak, keats; sesuatu yang membuat orang tertawa sekaligus berkerut dahinya
tapi sekarang o nenekku yang sudah kulupakan bau gendong batikmu
aku hanya bisa memandang padi kuning yang merunduk di sekitar kuburanmu
kerikil di atas makammu yang berhiaskan daun jati kropos membentuk hati
sungai kecil dengan air kemricik yang menembus earphones ipod-ku
(aku sedang mendengarkan leif erikson o nenekku yang sudah kulupakan
bau gendong batikmu: it's like learning a new language!—semua ini)
di dekat pintu masuk; bebek-bebek berbaris oleng bersama cah angon yang
o nenekku yang sudah kulupakan bau gendong batikmu! kali ini ternyata
seorang kakek-kakek dengan benjolan-benjolan kusta di jari-jarinya
begitu lambat waktu berjalan di sekitar kuburanmu o nenekku yang sudah kulupakan
bau gendong batikmu, aku bisa menghitung berapa lembar lumut baru telah tumbuh
di sisa-sisa tanggul yang menandai jalan pulang ke rumahmu sejak terakhir kali
aku mengunjungimu. lihatlah! o nenekku yang sudah kulupakan bau gendong
batikmu, petani-petani bermalasan merendam kaki di sodètan bengawan solo,
melambaikan tangan yang berkerak lumpur ke arah clurit berkarat di tanganku.
tapi tak ada rumput untuk disiangi sore ini di makammu o nenekku
yang sudah kulupakan bau gendong batikmu! yang ada hanya keinginan aneh
untuk tinggal dan menjahit baju lebaran dari daun-daun jati yang bertebaran di sekitarmu.
Labels:
sentimonk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
dengan malam
ReplyDeletekitari makam
dansa polka
tusukjelujurdisekujur
urat dan nadi
sirene tanpa bunyi
dengan dansa suka-suka
ReplyDeletekita ciptakan polka semesta
dengan poco-poco rocka
kita dendangkan penolak
tua
sirene
atau sairin?
melongok di balik rok
ReplyDeletegadis berkulit moka
siul di bibirnya montok
diakah sairin yang bikin sekarat?
sumpal kuping semesta hitam
dengan bir sekrat!
sairin pulang sekolah dengan segudang cita-cita
ReplyDeleteingin jadi artis terkenal seperti cincha lawra
tak sadar penyair tua membuntutinya
ngos-ngosan melahap silau
putih kulitnya
siang yang bolong membakar roknya
dan sairin muda lupa pada cincha
saat sekrat bangkai menyumpal
semestanya