Thursday, 24 January 2008

tak ada tamat*

"Kamu seharusnya menyadari itu sebelum kamu melompat ke ranjang sekretarismu!"

"Ya sudah, kita mencari uang dengan jalan lain."

Bagaimana kejadiannya sampai dia bisa kehilangan semua itu?

Kalau sudah berpikir begini, ingin rasanya dia segera mengakhiri perselingkuhannya dan kembali menjadi suami dan ayah yang baik.

"Untuk apa aku harus meras otak mencoba membaca pikiran orang."

"Izinkan aku menghilangkan pusing itu."

Berendam merupakan caranya melepaskan segala ketegangan.

"Ceritamu bagus kok, lanjutkan saja."

"Aku belum bisa sekarang."

Mungkin hari ini mereka akan terlambat makan siang.



*semua teks dari S. Mara Gd, Misteri Perkawinan Maut, setiap baris harus kalimat lengkap.

4 comments:

  1. wah, ini kritik atas prosa yang bahasanya nggak membumi ya mas? yang bahasanya terlalu manuuuuuut sama bahasa indonesia yang baik dan benar wal sangkil dan mangkus (yang mestinya hanya boleh dipakai untuk akad jual beli, kredit, kontrak, dan penulisan AD/ART ya?

    ReplyDelete
  2. tidak, mikael sedang mengkritik fenomena maraknya perselingkuhan kok huehehehehehehe...

    ReplyDelete
  3. haaa saya tukang selingkuh :p (halah)

    ReplyDelete