dari Tabo Toba kita berjalan menuju Tuk Tuk
melewati jalan batu dan rumpun perdu
sinar beku bulan baru
dari Tabo Toba kita berjalan
tanpa doa tanpa petunjuk
papan nama luntur menunjukkan arah ke sebuah disko
300 m naik ke atas bukit yang dipenuhi salak anjing kampung
300 m yang kita jalani dengan hati yang cembung
300 m naik ke atas bukit yang terasa seperti turun
sampai di tujuan kita jumpai dua Honda Legenda, tirai yang berbau jamur,
dua pelacur yang berusaha keras menaklukkan kekosongan kursi-kursi rotan, dan debu di meja bar.
musik house megamix yang bercampur aneh dengan gondang di hatiku.
kita melanjutkan perjalanan dengan sinar senter Nokia-mu dan tanganku yang memegang erat-erat
tuak sebotol Aqua besar yang berguncang-guncang seperti mengerti badai di dada kita berdua.
dari Tabo Toba kita telah berjalan
dari Tabo Toba kita masih berjalan
penuh dosa
dan rasa takluk.
kayaknya pernah denger ceritanya nih... huehehehe...
ReplyDeletehonda legenda, house megamix, aqua, nokia...kok terasa tidak puitis ya. dan "berusaha keras menaklukkan kekosongan kursi" itu terasa...apa ya...agak ruwet klo hanya utk memotret dua pelacur yang duduk...atau mreka sebenarnya lagi ngapain di kursi rotan itu? hehe.
ReplyDeletegondang di hatiku. gondang apaan sih? nama kampung tempat tinggalku di solo dulu gondang sebelum aku pindah ke nayu.
tapi aku suka puisi ini. suka sekali. terutama pada ungkapan "sinar beku bulan baru" dan "hati yang cembung" dududu...