Bau bekas arang bakar di Hanamasa
memanaskan nafsu kita.
Seakan-akan harum buah pala turun dari dahan,
ke haribaan.
Malam yang melintasi Mahakam
memang mengancam.
Ada segulung majalah gratisan, katanya, dengan 6 cerita
tentang lumut, jeram dan Lt. 6 Blok M Plaza
6 kiasan yang membujuk kita
mengabaikan akhir, hingga
kautetapkan tubuhmu
ke tubuhku, terus, seperti dulu.
Tapi di luar teks:
gultik dan kaligrafi
tak bisa lepaskan deru busway
dan suara mal selesai,
juga runtuhan merah-hati, kembang di atas got,
genangan hujan pada lobang jalan
yang berkaca-kaca, hingga kau bertanya,
di mana gerangan esok mereka?
Bagaimana aku akan menjawabnya?
Di luar gerbang ini kulihat seorang satpam
berdiri, menanti. "Berhentilah di sini, Tuan yang tak akan hadir
lagi. Berhentilah di McStop ini."
*no apologies to you
aku baca beberapa kali puisi ini. aku suka sekali, tapi lagi-lagi pertanyaan lama: apakah majalah gratisan, lt 6 blok m plasa, gultik...itu cukup puitis bagi hasif? hihihi. ini pertanyaan serius menurutku, soalnya puisi2 yg laku di koran2 itu harus ada kata-kata semacam bibir gemetar, nafsu bergeletar bla bla bla...ini pertanyaan serius. sumpah. hehehe
ReplyDeletehihihi ini kan puisi gm 'bau bekas arang bakar di asakusa' yang di 'misalkan kita di sarajevo' klik dong hyperlinknyaaa, dan semua kata yg kau ragukan itu memang kata yg gue ganti, aslinya majalah gratisan = sutra, lt 6 blok M plaza = taman pasir, gultik = lampion, hihihi, kau berbakat mengganti hasif, tepat mengidentifikasi semua kata yg kurang puitis! ayo masih ada banyak lagi! kau juga hasif, mana aja hayo yg udah gue ubaaah
ReplyDeletehahaha..gue sih inget itu puisi GM. ada baca di sajak-sajak lengkap. dan gue jg udah buka hyperlink itu. tp sungguh sama sekali nggak ngeh klo lu memparodikannya (apakah kata ini tepat) dgn menggant-ngganti kata-kata tertentu. hohoho..tar aku baca lagi bau arang versi GM itu.
ReplyDelete