Friday, 10 October 2008

Laskar Orba

Rating:
Category:Movies
Genre: Kids & Family
Laskar Pelangi adalah film kedua Riri Riza dalam tiga tahun ini, setelah Gie (2005) yang diadaptasi dari buku yang telah melegenda dalam budaya pop Indonesia. Sekilas kedua buku yang diadaptasi oleh Riri cukup berbeda. Buku yang digubah menjadi Gie (oleh Riri Riza sendiri) adalah 'Catatan Seorang Demonstran' karya Soe Hok Gie, seorang aktivis mahasiswa yang meninggal 16 Desember 1969 tapi bukunya, 'Catatan' tadi baru terbit tahun 1983. Buku ini bercerita tentang masa-masa akhir Orde Lama pimpinan Soekarno: yang paling menancap di dalam mitologi budaya pop Indonesia, dan yang paling diolah oleh Riri Riza dalam 'Gie', mungkin adalah kisah behind-the-scenes dari demonstrasi-demonstrasi Tritura waktu itu, kegemaran Soe Hok Gie naik gunung (ia meninggal setelah menghisap gas beracun di lereng Gunung Semeru), dan kejeniusan Soe Hok Gie waktu SMP dan SMA di CC (Canisius College, salah satu sekolah Katolik tua paling bergengsi, old money, di Jakarta, selain PL (Pangudi Luhur) dan Gonz(aga)). Kelegendaan buku ini mungkin bisa dibandingkan dengan Buku Merah Mao, dan foto Gie dalam posisi semedi di puncak Pangrango dikelilingi teman-temannya (perhatikan, orang di sebelah kanannya mengacungkan belati) mungkin hampir sama terkenalnya dengan foto penyair besar Chairil Anwar dengan rokok di sudut bibirnya, atau foto siluet Ché dengan beretnya. Buku ini, seperti dikesankan oleh judulnya, sering dianggap sebagai sumber sejarah yang valid, sebagai otobiografi proper (penerbitnya pun Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, lebih terkenal selayaknya apapun yang bernama panjang di Indonesia dengan akronimnya, LP3ES, penerbit salah satu jurnal sosial (semi-)ilmiah yang namanya paling punya gaung, 'Prisma') dan 'Gie', biopiknya pun berusaha keras untuk menimbulkan kesan historikal ini, termasuk dengan memperdengarkan lagu Genjer-genjer, yang begitu didemonisasi sebagai lagu Komunis sepanjang Orde Baru sehingga praktis dicekal, di dalam salah satu adegan demonstrasi Partai Komunis Indonesia (walaupun lagu ini tidak disertakan dalam CD/kaset original soundtracks-nya). Di Gramedia, buku ini, yang setelah 'Gie' dirilis diterbitkan sebagai movie tie-in dengan ukuran baru (lebih besar sehingga salah satu legenda lagi tentang buku ini sebagai 'buku saku demonstran' jadi tidak benar lagi (kalaupun memang pernah benar) dan sampul baru bergambar siluet wajah Nicholas Saputra, bintang film heart-throb Indonesia sepanjang tahun 2000-an (sengaja supaya secara subliminal memunculkan siluet Ché di otak calon pembeli?), ditaruh di rak Sejarah, Sosial, atau Biografi. Sementara Laskar Pelangi (2005), buku karangan Andrea Hirata, selalu dipajang di rak Novel (kadang-kadang Sastra, dan lebih sering lagi Best-Seller), walapun pada kenyataannya buku ini lebih sering diperlakukan oleh pembacanya sebagai setengah otobiografi, dan setengah buku self-help. Penerbitnya, Bentang Pustaka (setelah dibeli Mizan), pun kelihatannya menyadari betapa buku ini sering dijadikan panduan hidup atau motivator bagi pembacanya dan sekarang selalu mencetak sampulnya dengan sebaris iklan dalam bahasa Inggris: 'Indonesia's Most Powerful Book!' Setelah membaca Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor, tiga perempat dari tetralogi yang rencananya akan diakhiri dengan 'Maryamah Karpov' (yang belum terbit-terbit juga), pembaca mungkin akan berpikir bahwa pengarangnya sendiri pun bingung sebenarnya tetraloginya ini bergenre apa. Kadang-kadang Andrea Hirata menulis layaknya seorang memoaris, lebih sering lagi seperti seorang novelis bombastis, kadang-kadang seperti Iwan S. Gayo, si penulis Buku Pintar, dan kadang-kadang, terutama dalam Laskar Pelangi, seperti penulis cerita petualangan anak-anak. Kerancuan genre Laskar Pelangi sekilas lebih akut daripada Catatan Seorang Demonstran, tapi jika dilihat lebih dekat, siapakah yang bisa menjamin, atau paling tidak pernah memeriksa, keakuratan historis 'catatan' Soe Hok Gie? Benarkah 'catatan' ini bisa tanpa pertanyaan dijadikan salah satu sumber primer sejarah Orde Lama (dan tahun-tahun awal Orde Baru)?

ADA YANG MAU NERUSIN ?

No comments:

Post a Comment