Rating: | ★★★ |
Category: | Other |
Sore itu, Sabtu, 20 Desember 2008, saat berdiri di depan angkringan yang masih belum ada secuil pun tape bakarnya, saya, Mikael, dan Kartika, Ana, Wuri, dan Oswald anak-anak dari poetry workshop tadi langsung panik. Rasanya tak mungkin bahkan mengisi ruangan yang kata orang Betawi ‘angin kentut juga kagak molos’ ini dengan penonton, karena sekarang sudah jam 19.00 dan hanya kami yang sudah datang! Memang pada saat bersamaan ada beberapa acara menarik lainnya yang sedang berlangsung. Sebagian besar anak BuMa sedang menghadiri kawinan Tika BuMa, dan salah satu moderator yang biasanya paling jago membakar massa rasanya pengen saya bakar saja jenggotnya karena disms dan ditelponin gak jawab-jawab.
Karena terbiasa dengan acara yang ramai dan meriah, tentunya kami tidak ingin tampil dalam ruang yang kecil dan itupun kosong melompong, bukan?
Di pelataran parker yang serba conblock dan geli-geli basah habis hujan, gedongproject membentangkan 20 meter lino yang baru saja ia beli di Blok A karena baru sore itu kami mendapat SMS dari iqbalibul memberitahukan kalau walaupun dia yang usul acaranya lesehan saja tapi wetiga tidak menyediakan tikar! Karena kami tak yakin kalau semua anak BuMa adalah kaum asketik seperti kami yang terbiasa duduk di papan berpaku, maka meluncurlah gedongproject di atas kereta SupraFit-nya yang super irit 1:55. Tapi sudahlah, kami sudah terlanjur di sini, sekalian saja bersenang-senang dan jadikan acara ini seperti KebunKata BungaMatahari seperti biasa!
Sambil berusaha menekan rasa panik dan stress, kami bersiap-siap. Saya berkutat dengan MacBookPro, proyektor in-focus, dan sambungan wi-fi yang ternyata lo-fi, sementara gedongproject mempersiapkan puisi fotocopi visual-nya yang sumpah jenius (berupa apropriasi found text di dalam dan sekitar Kebun Raya Bogor) dan mari kita semua berdoa semoga segera ia upload di YouTube. Setelah itu kami masih harus direpotkan dengan di mana membeli bir karena warung ini andalannya susu jahe.
Jarum jam menunjukkan pukul 19:30, penonton mulai berdatangan. Kaget juga saya melihat banyak penggembira Pesta Plurker 2008 yang datang lumayan awal. Kemudian akhirnya ada juga anak BuMa lain yang datang, poetry slammer jorgy dan anak BuMa baru dari Jogja, Saut Situmorang.
Lino bermotif parket Rp 9000,-/m mulai terisi, belum ada yang siap membuka acara, dan browser di laptop gedongproject menolak bekerja karena bajakan punya. Putus asa tak berhasil mengutak-atik Flock 2.0 (Beta version)-nya, kami putuskan pakai saja laptop iqbalibul yang ternyata berwallpaper foto ceweknya yang juga anak BuMa cieee. Akhirnya gedongproject habis kesabarannya menanti youknowwho dan setelah basa-basi sebentar langsung membuka acara dengan membacakan satu puisi Hasan Apsashoney (ayo gedong tolong copypaste yang mana).
Acara dimulai. Saya kemudian membacakan puisi ‘Spirit’, karya Tomy DG yang ia fotocopi dan perkosa dari ‘Aku’-nya Chairil Anwar (‘Ku tak perlu minuman soda itu!’), kemudian saya mengundang Oswald, Kartika, dan Ana untuk mempermalukan guru workshop mereka dengan membacakan puisi-puisi mereka sendiri yang asyik punya (contoh: ‘hitam rambutnya/tak sehitam hatinya/pendek tubuhnya.’ Perfect senryu!), kemudian Endang Johani, anak baru BuMa juga, membaca puisi tentang anaknya yang menurutnya ‘difotocopi dari saya, tapi hasilnya buram’ dan mengundang tawa terbahak-bahak dari hadirin (siyal!). Tapi, bukannya kesal, saya malah bersyukur, karena paling tidak suasana sekarang sudah santai.
Saya tak mau bicara panjang-panjang. Hanya ingin bercerita bahwa mungkin karena harapan yang terlalu menggunung karena promosi yang okeh, acara yang mungkin sebenarnya sudah lumayan okeh, apalagi setelah jorgy tampil dan acha menggebrak dengan solo jembenya (don’t do a peterpan on us please otak and chair!) terasa agak adem-ayem padahal udara panas keringetan bau bir hasil belanja gedongproject di Lingkaran K.
Yang sempat tampil juga malam itu adalah anak BuMa baru dari Jogja, Saut Situmorang, yang mempertontonkan versi video poetry sajaknya ‘di kepalaku ada gempa’ yang dimuat di buku kumpulan puisinya ‘otobiografi’ (di situ berjudul 'bapa kami yang ada di sorga') dan bisa disaksikan di multiplynya. Kemudian Yusak anak BuMa Bandung yang berlambaian tangan ala Ratu Elizabeth dengan bayangannya sendiri di tembok yang kita tembak dengan infocus yang siap menayangkan blog siapapun yang mau membaca puisi langsung dari situ.
Sesuai dengan semangat BungaMatahari yang percaya semua bisa berpuisi, saya terus mengajak hadirin untuk maju ke depan dan berpuisi. twosmokingbarrels, salah satu pendiri BuMa yang lama bertapa menekuk lutut kemudian meluruskannya kembali dalam irama dangdut Jamaika akhirnya tampil juga setelah lama absen dari dunia kangouw BunKat, ditodong membawakan salah satu puisi dahsyat di thread ‘tante d lagi apa? buat puisi, ya?’ di multiplynya, kemudian pendiri BuMa yang satunya lagi, violeteye membawakan puisi andalannya ‘pilih sendiri petualanganmu’ yang membuat malam jadi terasa makin panas dan kelam (in a good way).
Penampil makin banyak, dan insomnia saya semakin menggila. Tak apa, kalian yang merasa dilupakan, silakan hajar saya di thread reply. Oya, sebelum lupa, penampil satu lagi yang saya ingat dan penampilannya mengejutkan karena rambutnya sudah tak lagi gondrong adalah gema yang masih juga mengalirkan spirit Jim Morrison walaupun penampilannya sekarang lebih Morrissey.
Waktu yang tadinya terasa berjalan lambat sekali, tiba-tiba sudah hampir habis. Acara lambat laun tutup sendiri seiring dengan perpindahan orang lebih mendekat ke gerobak angkringan yang menawarkan berbagai macam cemilan gaya Surakarta Hadiningrat. Suara saya membacakan puisi anak baru BuMa dari Jogja, Saut Situmorang, ‘kinda blue’, diiringi gitar delta blues Robert Johnson jorgy, tidak cukup kuat melawan suara arang berkeletik membakar sate babat.
*sesuai dengan spirit tema BunKat ini, ‘fotocopi’, laporan pandangan mata ini saya curi semua kata-kata(dan spirit)nya dari salah satu hasil reportase investigatif jurnalis sastrawi BuMa, si cawathitam, di sini.